Sumber : Kesimpulan dan Refleksi Pribadi Modul PGP 1.1. Refleksi Filosofi Pendidikan KHD
Koneksi Antar Materi
Menurut KHD, Pendidikan (Opvoeding) memberi tuntunan (menuntun) terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya, baik sebagai seorang manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Jadi menurut KHD (2009), “Pendidikan dan Pengajaran merupakan usaha persiapan dan persediaan untuk segala kepentingan hidup manusia, baik dalam hidup bermasyarakat maupun hidup berbudaya dalam arti yang seluas-luasnya”. Oleh sebab itu, pendidik itu hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak”.
Dalam menuntun pertumbuhan kodrat anak, KHD mengibaratkan peran Guru atau pendidik seperti seorang petani atau tukang kebun, yang tugasnya adalah merawat sesuai kebutuhan dari tanaman-tanamannya itu agar tumbuh dan berbuah dengan baik, tentu saja beda jenis tanaman beda perlakuanya. Artinya bahwa kita seorang pendidik harus bisa melayani segala bentuk kebutuhan metode belajar siswa yang berbeda-beda (berorientasi pada anak). Kita harus bisa memberikan kebebasan kepada anak untuk mengembangkan ide, berfikir kreatif, mengembangkan bakat/minat siswa (merdeka belajar), tapi kebebasan itu bukan berarti kebebasan mutlak, perlu tuntunan dan arahan dari guru supaya anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya.
Menurut KHD Pendidikan anak berhubungan dengan kodrat alam dan kodrat zaman , misalnya kodrat alam, kita sebagai pendidik harus memberikan teladan yang baik dengan harapan siswa dapat meneladaninya demi membentuk karakter siswa misalnya bersikap sopan dan ramah terhadap sesama baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakat. Sedangkan kodrat zaman yaitu, pada pendidikan global menekankan pada kemampuan anak untuk memiliki Keterampilan Abad 21 apalagi ditengah situasi pandemi ini anak dituntut untuk bisa menguasai IT sebagai salah satu sarana untuk mensukseskan pendidikan di Indonesia.
Oleh karean itu, kita sebagai pendidik harus memberika dampingan dan pengawasan serta memberikan kebebasan kepada anak untuk mengembangkan pengetahuannya seluas luasnya, seiring perkembangan zaman dan tidak terlepas dari fungsi kontrol kita sebagai guru dan orang tua memberikan motivasi dan memberikan pengertian kepada anak agar tetap memegang teguh nilai-nilai atau norma-norma kemanusiaan yang ada sehingga tujuan mendeka belajar dapat terwujud.
Dasar pendidikan selanjutnya ialah penanaman Budi Pekerti atau pengembangan karakter. Menurut KHD, budi pekerti adalah perpaduan harmonis antara pikiran, perasaan, dan kehendak atau kemauan sehingga menimbulkan tenaga/semangat. Hal ini menjadi salah satu aspek penting yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan pendidikan. Budi pekerti juga merupakan modal dasar kebahagiaan yang berperi-kemanusiaan. Budi pekerti merupakan kunci untuk mencapai keselarasan dan keseimbangan hidup.
Hal paling penting yang harus dilakukan oleh seorang guru adalah menghormati dan memperlakukan anak dengan sebaik-baiknya sesuai kodratnya, melayani mereka dengan setulus hati, di depan memberikan teladan (ing ngarso sung tulodho), di tengah membangun semangat (ing madyo mangun karso) dan di belakang memberikan dorongan (tut wuri handayani) bagi tumbuh kembangnya anak. Menuntun mereka menjadi pribadi yang terampil, berakhlak mulia dan bijaksana sehingga mereka akan mencapai kebahagiaan dan keselamatan. Dalam pelaksanaanya, pendidik harus berkolaborasi dengan berbagai pihak baik pihak sekolah, keluarga maupun masyarakat (Tri Pusat Pendidikan).
Refleksi
Setelah saya mempelajari dan merefleksikan Filosofis Pemikiran Ki Hajar Dewantara. Ada beberapa pokok penting sebagai bekal saya sebagai Calon Guru Penggerak yang memerdekakan anak dalam proses belajar:
1. Apa yang saya percaya tentang murid dan pembelajaran di kelas sebelum saya mempelajari modul 1.1?
Berbicara tentang murid atau peserta didik, Peserta didik merupakan sumber utama dan terpenting dalam proses pendidikan formal”. Peserta didik bisa belajar tanpa guru dan sebaliknya, guru tidak bisa mengajar tanpa adanya peserta didik. Oleh karena itu kehadiran peserta didik menjadi keniscayaan dalam proses pendidikan formal atau pendidikan yang dilembagakan dan menuntut interaksi antara pendidik dan peserta didik. Peserta didik merupakan manusia yang memiliki diferensiasi kebutuhan yang harus dipenuhi, baik jasmani maupun rohani, meski dalam hal-hal tertentu banyak kesamaan. Saya berpikir bahwa murid atau peserta didik adalah kertas kosong yang harus mendapatkan ilmu pengetahuan dan ketrampilan, mendapatkan pelayanan, mendapatkan perhatian yang lebih, dan kesamaan hak untuk meningkatkan kemampuannya secara optimal.
Sebelum mempelajari modul 1.1 cara belajar saya lebih terfokus ke tuntutan kompetensi sesuai kurikulum dan cenderung melaksanakan pembelajaran sesuai apa yang tertulis dalam kurikulum sehingga saya tidak memperhatikan peserta didik. Dalam pembelajaran fokus saya hanya untuk target kurikulum dengan mengajar dan memberikan tugas saja. Saya memiliki gagasan ternyata sangat mudah dalam mengajar karena memberikan materi dan tugas saja dan setelah itu selesai padahal seharusnya mereka harus mendapatkan ilmu pengetahuan dan ketrampilan, mendapatkan pelayanan, mendapatkan perhatian yang lebih, dan kesamaan hak untuk meningkatkan kemampuannya secara optimal.
2. Apa yang berubah dari pemikiran atau perilaku saya setelah mempelajari modul ini?
Setelah mengetahui dan mempelajari modul ini tentang filosofi pendidikan dari Ki Hajar Dewantara, ada beberapa konsep pengajaran yang saya ubah. Saya menyadari ada kekeliruan bahwa selama ini saya mengajar belum memberikan pelayanan dan perhatian secara maksimal dan memandang anak sebagai objek dalam pembelajaran dikelas maupun di luar kelas ,seharusnya merekalah Subjek pembelajaran Merekalah pemegang kendali pembelajaran. Seorang pendidik harus memanusiakan manusia dengan segala ketulusan hati. Maksudnya memanusiakan manusia di sini bukan berati kita harus menghamba dalam artinya nurut sama siswa, patuh sama siswa atau sembah sujud sama siswa itu bukan, melainkan siswa itu jadi perioritas kita, siswa itu manusia bukan benda atau barang yang bisa kita suruh-suruh sesuka hati kita misalnya contoh duduk di tempat tidak boleh goyang-goyang dan sebagainya itu kan salah, siswa itu kan bukan benda yang bisa kita suruh sesuka hati kita siswa juga punya perasaan capek dan sebagainya kita dengerin mau apa? mau bagaimana ? siswa punya pendapat, siswa itu bukan barang yang tidak bisa berbicara yang bisa kita apain aja, jadi kita bagaimana sudut pandang siswa jangan sudut pandang kita, kalau menurut siswa kita tidak pas, iya kita jangan paksain yang kita mau kalau menurut siswa kita salah ya kita minta maaf jangan merasa kita yang paling benar padahal jelas-jelas kita yang salah. Kita sebagai guru sering merasa bahwasanya kita yang paling benar padahal kita salah tapi siswa kita yang selalu di salah-salahkan karena kesalahan kita. Contohnya kita jelas-jelas terlambat tapi kita tidak minta maaf sedangkan siswa terlambat sedikit kita ngamuk dan marah-marah dan sebagainya terhadap siswa.
3. Apa yang bisa segera saya terapkan lebih baik agar kelas saya mencerminkan pemikiran KHD?
Sebagai seorang pendidik harus memberikan pelayanan dan perhatian yang maksimal dalam pemebelajaran di sekolah, memberikan pembelajaran yang menyenangkan seperti pembelajaran yang berbasis permainan ( game based learning ).
Meningkatkan karakter anak dengan pembiasaan yang secara kontinyu seperti mengawali aktifitas pembelajaran dengan berdoa, saling memuji diantara teman, mengajarkan tata krama dan sopan santun terhadap teaman, guru, dan orang tua. Membudayakan budaya lokal untuk meningkatkan pendidikan karakter anak.
Demikian kesimpulan dan refleksi saya tentang Pemikiran-pemikiran Ki Hajar Dewantara.
Terima kasih semoga bermanfaat.
Salam sehat dan bahagia selalu.
Penulis : Khoirul Anwar, S.Pd , SLB Negeri Tulang Bawang, CGP Kabupaten Tulang Bawang – Provinsi Lampung.